It's Me

It's Me

Selasa, 08 Maret 2011

Filsafat

FILSAFAT DALAM ILMU PENGETAHUAN,PENDIDIKAN BIOLOGI DAN AGAMA
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan,  dengan  adanya kesadaran akan keterbatasan dirinya tadi manuasia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa di luar manusia yan terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas pasti ada sesuatu, yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
            Ilmu merupakan pengetahuan yang kita geluti sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti keterus-terangan  pada diri sendiri. Apakah ciri-ciri yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lain yang bukan ilmu? Bagaimana mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang dipakai  dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa ilmu mesti dipelajari ? Apa kegunaan ilmu yang sebenarnya?
            Kenyataan di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah, yang keberadaannya sangat tergantung kepada penciptanya. Akan tetapi ketergantungan terhadap sang pencipta tersebut bukanlah semata-mata, melainkan ketergantungan (dependence) yang berkeleluasaan (independence).  Manusia menerima ketergantungan itu dengan otonomi, independensi, serta kreativitasnya sedemikian rupa sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.



BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT
            Menurut dari kata, filsafat terdiri atas kata Philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
Berbagai pendapat khusus tentang filsafat:
Rasionalisme yang menggunakan akal
Materialisme yang menggunakan materi
Idealisme yang menggunakan idea
Hedonisme yang menggunakan kesenangan
Stoikisme menggunakan tabiat saleh
            Dari pendapat di atas, pengertian filsafat dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:
·         Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis.
·         Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang paling dalam.
·         Filsafat adalah refleksi lebih lanjut daripada ilmu pengehatuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan.
·         Filsafat adalah hasil analisis dan abstraksi.
·         Filsafat adalah pandangan hidup.
·         Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar dan menyeluruh.
Seseorang yang berfilsafat dapat  diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Seorang ilmuwan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Selain tengadah ke bintang-bintang, orang yang berfikir filsafat juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan.
1.      Hubungan Antara Filsafat Dengan Kebudayaan Dan Lingkungan
·         Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata ke-budaya-an. Budaya berarti budi dan daya. Unsur budi adalah cipta (akal), rasa dan karsa (kehendak). Kebudayaan adalah hasil budaya atau kebulatan cipta (akal), rasa dan karsa (kehendak) manusia yang hidup bermasyarakat. Ujud kebudayaan ada yang rohani, misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan unsur kebudayaan universal yang rohani.
·         Hubungan Filsafat dengan Lingkungan
Filsafat sebagai hasil budaya manusia juga tidak lepas dari pengaruh alam sekitarnya.
·         Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Yang dicari oleh filsafat, ilmu pengetahuan dan agama adalah kebenaran. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan adalah kebenaran akal, sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran wahyu.
·         Hubungan Filsafat dengan Agama
Ilmu pengetahuan dan filsafat dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan filsafat. Agama mengatur seluruh kehidupan manusia untuk berbakti kepada Tuhan. Fakta atau realita atau hal yang dihadapi adalah sama. Oleh karena itu menjadi tugas agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan untuk menjelaskan.

2.      Guna Filsafat
            Filsafat mempunyai kegunaan baik teoritis maupun praktis. Banyak ajaran filsafat yang dapat dipraktikkan, misal etika, logika,estetika dll. Etika mempelajari tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar, ucapan serta hati nurani manusia dilihat dari kacamata baik buruk. Etika mengajarkan tentang moral atau kesusilaan. Etika menunjukkan  norma yang baik dan bagaimana manusia hidup menurut norma tersebut.
            Logika mengajarkan agar kita berpikir secara teratur dan runtut serta sistematis agar dapat mengambil kesimpulan yang benar. Agar dapat mengambil kesimpulan yang benar maka alat yang digunakan harus tepat. Alat tersebut diperoleh dalam logika, karena ia berisi tuntunan agar mengambil kesimpulan  dengan mendasarkan diri pada peraturan-peraturan tertentu.
3.      Fungsi Filsafat
            Sebelum ilmu pengetahuan lain ada, filsafat harus menjawab segala macam persoalan tentang manusia, masyarakat, sosial ekonomi, negara, kesehatan dan lain sebagainya. Karena perkembangan keadaan dan masyarakat, banyak problem yang kemudian tidak dapat dijawab oleh filsafat. Lahirlah ilmu pengetahuan yang sanggup memberi jawaban terhadap problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan  kedokteran, ilmu pengetahuan kemasyarakatan dan lain-lain. Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan  antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan sangat kompleks. Sehubungan dengan keadaan tersebut maka filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
4.      Persoalan  Filsafat
1.      Persoalan Tentang ‘ADA’
Persoalan tentang ‘ada’ (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti di balik dan physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dan radikal dari kenyataan.

2.      Persoalan Tentang Pengetahuan (Knowledge)
Persoalan tentang pengetahuan (knowledge) menghasilkan cabang filsafat epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari akar kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafaat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.
3.      Persoalan Tentang Metode (Method)
Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal dari metos dengan unsur meta yang berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara perjalanan, arah. Pengertian metodologi secara umum ialah kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah, atau sebagai penyusunan struktur ilmu-ilmu fak.
4.      Persoalan Tentang Penyimpulan
Persoalan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika (logis). Logika berasal dari kata logos yang berarti uraian, nalar. Secara umum pengertian logika adalah telaah mengenai aturan-aturan penalaran yang benar. logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir tepat dan benar. berpikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia.
5.      Persoalan Tentang Moralitas (Morality)
Persoalan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika (ethics). Istilah etika berasal dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal.
6.      Persoalan Tentang Keindahan
Persoalan tentang keindahan menghasilkan cabang filsafat estetika (aesthetics). Estetika berasal dari kata aesthetikos yang maknanya berhubungan dengan pencerapan indra. Estetika merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidakindahan.

ILMU PENGETAHUAN
        Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang obyek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method), dan sistem tertentu. Jadi pengetahuan yang benar tentang obyek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan sifat daripadanya adalah khusus.
          Ilmu pengetahuan diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu manusia yang tidak berkesudahan terhadap obyek, pikiran atau akal budi yang menyangsikan kesaksian indra, karena indra dianggap sering menipu. Kesangsian akal budi ini lalu diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan menghasilkan :
·         Ilmu pengetahuan filosofis yang mempersoalkan hakikat atau esensi sesuatu (pengetahuan universal). 
·         Ilmu pengetahuan kausalistik, artinya selalu mencari sebab-musabab keberadaannya (pengetahuan umum bagi suatu jenis benda).
·         Ilmu pengetahuan yang  bersifat deskriptif-analitik, yaitu mencoba menjelaskan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh suatu jenis obyek.
·         Ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, yaitu yang mencoba memahami norma suatu obyek yang dari sana  akan tergambar tujuan dan manfaat dari obyek tersebut.
             Obyek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (obyek materi) dan ada  yang berupa bentuk (obyek forma). Obyek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian keilmuan, bisa berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide dan konsep-konsep. Menurut obyek formanya, ilmu pengetahuan itu berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam), ilmu pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan social dan humaniora serta ilmu pengetahuan ketuhanan) karena pendekatannya menurut segi kejiwaan.
1.      Sistem Dalam Ilmu Pengetahuan
       Di samping cara pandang (obyek forma) dan metode ilmiah, dalam rangka mencapai kebenaran ilmiah dari suatu obyek materi maka diperlukan sistem. Sistem adalah hubungan secara fungsional dan konsisten antara bagian-bagian yang terkandung dalam suatu hal atau barang sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Ada enam sistem yang lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan, yaitu:
·         Sistem tertutup
·         Sistem terbuka
·         Sistem alami
·         Sistem buatan
·         Sistem yang berbentuk lingkaran
·         Sistem yang berbentuk garis lurus
2.      Kebenaran Ilmu Pengetahuan
        Yang dimaksud kebenaran ilmu pengetahuan (lazim disebut kebenaran keilmuan atau kebenaran ilmiah) adalah pengetahuan yang jelas dari suatu obyek materi yang dicapai menurut obyek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan ditunjang oleh suatu sistem yang relevan. Pengetahuan yang demikian tahan uji,  baik dari verifikasi empiris maupun yang rasional, karena cara pandang, metode dan system yang dipakai bersifat empiris dan rasional secara silih Berganti. Ada tiga teori pokok tentang kebenaran keilmuan ini, yaitu:
·         Teori Saling Hubungan (Coherence Rheory)
Sering disebut teori konsistensi, karena menyatakan bahwa kebenaran itu tergantung pada adanya saling hubungan di antara ide-ide secara tepat, yaitu ide-ide yang sebelumnya telah diterima sebagai kebenaran. Bradley mengatakan bahwa suatu proposisi itu cenderung benar jika koheren dengan proposisi benar yang lain, atau jika arti yang dikandungnya itu koheren dengan pengalaman. Menghadapi teori koherensi ini, orang mudah untuk menerimanya begitu saja karena memang logis dan dapat diterima oleh akal sehat serta tidak bertentangan.
·         Teori Persesuaian (Correnpondence Theory)
Teori koherensi kebanyakan diterima oleh kaum idealis, maka teori korespondensi lebih bisa diterima oleh kaum realis. Teori korespondensi mengatakan bahwa seluruh pendapat mengenai suatu fakta itu benar jika pendapat itu sendiri disebut fakta yang dimaksud. Teori koherensi bersifat rasional-aprioris, maka teori korespondensi bersifat empiris-aposterioris. Rogers mengataka  bahwa kebenaran itu terletak pada kesesuaian antara esensi atau arti yang diberikan dengan esensi yang terkandung dalam diri hal atau obyek itu sendiri.
·         Teori Kegunaan (Pragmatic Theory)
Pragmatisme mewarnai pandangannya sebagai berikut :
Pada umumnya teori memandang masalah kebenaran menurut segi kegunaannya. James mengatakan bahwa ‘Tuhan itu ada’ adalah benar bagi seseorang yang hidupnya mengalami perubahan. Kepercayaan yang kuat terhadap adanya Tuhan itu dapat memberikan kesejukan hati, sehingga ada kemampuan batin untuk menerima segala bentuk perubahan.
        Ketiga teori kebenaran itu kelihatannya tidak bisa dipakai sebagai pedoman untuk mengukur kebenaran realitas sebagai obyek materi pada filsafat ilmu pengetahuan Karena masing-masing mempunyai titik kelemahan. Namun secara ontologis dan epistemologis tampaknya bisa memberikan jalan keluar bagi pemecahan persoalan yang muncul dalam realitas itu sendiri. Aspek etis ilmu pengetahuan menuntut kegunaan kebenaran obyektif dalam praktik kehidupan sehari-hari sejauh mana kebenaran itu membuahkan konsekuensi-konsekuensi praktis yang dapat menunjang terciptanya kesejahteraan hidup seluruh umat manusia.

PENGETAHUAN
      Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang-orang lain. Manusia tahu yang baik dan yang buruk, yang indah dan tidak indah. Bagaimanakah manusia itu dapat tahu, apakah sumbernya, apakah sebenarnya tahu itu ?
Beberapa pemikir filsafat menyimpulkan adanya empat gejala tahu, yaitu :
·         Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu.
·         Selanjutnya, Nampak gejala bahwa tahu yang memuaskan manusia itu adalah tahu yang benar.
·         Apakah yang ingin diketahui manusia? Apakah obyek dari tahu itu? Tahunya manusia tentang sesuatu bukanlah suatu bekal yang dibawa sejak lahir.
·         Oleh karena manusia mengadakan putusan, maka manusia yang tahu itu tahulah ia bahwa ia tahu.
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu.

BIOLOGI
       Biologi (ilmu hayat) adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari bahasa Belanda "biologie", yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos ("lambang", "ilmu"). Dahulu sampai tahun 1970-an digunakan istilah ilmu hayat (diambil dari bahsa Arab, artinya "ilmu kehidupan"). Obyek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Berbagai aspek kehidupan dikaji. Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa organisme memiliki karakteristik pokok.


AGAMA
     Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi" Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :
·         Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
·         Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
    Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Berdasarkan cara beragamanya :
  1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
  2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
  3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya.
  4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).


BAB III
KESIMPULAN
       Berfilsafat bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Manusia berfilsafat karena dimulai rasa kesadaran dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah. Dengan adanya kesadaran manusia dapat mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dan mengapa hal ini bisa terjadi. Dari masalah ini manusia dapat melakukan penelitian akan masalah yang dihadapinya melalui rasa ingin tahu, dengan mempelajari ilmu pengetahuan, keyakinan dirinya akan adanya Tuhan yang dapat membantunya dalam menyelesaikan masalah di kehidupannya, sehingga manusia itupun dapat berfilsafat untuk menjawab semua persoalan yang ada di muka bumi ini. Walaupun harus melalui percobaan atau praktik dalam kehidupannya karena ilmu pengetahuan dan filsafat sama-sama bertujuan untuk mencari kebenaran melalui adanya pengalaman dalam kehidupan dengan mematuhi ketentuan-ketentuan atau etika dalam mencapai suatu kebenaran, yang akhirnya membuktikan adanya kekuasaan Tuhan.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Suetriono & SRDM Rita Hanafie, 2007,Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Penerbit
                                                              ANDI. Yogyakarta.

1 komentar: